Sabtu, 26 November 2011

Bersama Senyuman

Oleh : V-ve - Pati

"Anak-anak sekolahan kita akan bersosialisasi ke tetangga desa untuk membantu mereka yang terkena tanah longsor, bagi siapa yang mempunyai sesuatu untuk disedekahkan buat mereka saya persilakan"! Kata Bu Guru.
   " Bu, yang harus kita sedekahkan apa saja"? kata salah seorang siswa.
   "Terserah saja apa yang ingin kalian sedekahkan, yang penting ikhlas" jawab Bu guru.
   " Ya Bu" jawab anak-anak hampir serempak.
Murid-murid SD Nusantara itupun pulang setelah mendengar pengumuman dari gurunya. Haura dan kawan-kawannya pun pulang ke rumah mereka sambil berbincang-bincang di perjalanan pulang menuju rumah masing-masing.
Haura adalah salah satu murid SD Nusantara yang berkeinginan kuat untuk membantu orang-orang yang terkena musibah tanah longsor itu. Sesampainya dirumah, ia mencari barang-barang di dalam rumahnya. Seketika itu Ibunya heran melihatnya.
     "Apa yang kamu cari Ra"! Tanya Ibunya.
     " Aku sedang mencari barang-barang buat korban bencana Umi, tapi Haura bingung"! jawab Haura.
     " Banyak baju-baju yang tidak terpakai digudang, baju itu bisa kamu berikan". Kata Ibu.
     " Boleh Umi"! Tanya Haura lagi.
     " Kenapa tidak"! Jawab Umi.
Haura memeluk uminya lalu pergi ke gudang dan mengambil dua kardus baju bekas. Selang beberapa saat kemudian teman-teman Haura datang dan memamerkan baju yang baru mereka beli untuk dibagikan pada korban bencana.
Ketika teman-temannya pulang, Haura menangis di pelukan ibunya.
    "Ada apa sayang"? Tanya Ibunya.
    "Teman-teman membeli baju baru untuk dibagikan kepada mereka besok umi, sedangkan aku?hanya baju   bekas yang akan aku berikan pada mereka".
Haura sayang, bersedekah kepada orang lain itu semampu kita, dan tidak boleh pula dipamer-pamerkan seperti itu, yang penting niat kita adalah memberi bantuan kepada mereka bukan memamerkan kebaikan".
"Tapi Umi, mungkin besok tak seorangpun mau menerima bantuanku"
"berikan senyumanmu kepada mereka saat kamu membagikan pakaian itu, Umi yakin ada kebaikan di balik senyumanmu".
Pagi harinya, Haura membawa barang-barang yang telah di persiapkan sebelumnya untuk para korban bencana tanah longsor itu. Mereka pun segera pergi ketetangga desa untuk membantu mereka.
Haura pun membuka kardus bajunya. Kini senyuman manis mulai merekah di bibir mungilnya. Ia membagikan bajunya sambil tersenyum pada orang yang di berinya. Hingga salahsatu penduduk berkata pada guru Haura.
    "Haura anak yang dermawan ya bu, ramah pula. walaupun ia berbeda dari teman-temannya tapi penduduk lebih suka diberi baju bekas dari Haura daripada teman-temannya".
   "Mungkin karena senyumannya ia terlihat bagitu ramah hingga banyak warga yang menyukainya".
   "Membuat orang senang kan juga ibadah"
Haura tersenyum bahagia karena orang-orang menyayanginya. Ternyata apa yang dikatakan Uminya semua benar. Sesampainya dirumah, iapun segera menceritakan semuanya kepada ibunya. Dan ia berterima kasih kepada Uminya.

2 komentar: